Manusia
memerlukan energi dalam melakukan kinerja mekanisme dalam tubuhnya termasuk
kontraksi otot. Energi tersebut didapatkan dari makanan sehari – hari. Energi
yang dihasilkan dari proses oksidasi bahan makanan tidak dapat secara langsung
digunakan untuk proses kontraksi otot atau proses-proses yang lainnya. Energi
ini terlebih dahulu diubah menjadi senyawa kimia berenergi tinggi, yaitu Adenosine
Tri Phosphate (ATP). ATP yang terbentuk kemudian diangkut ke setiap bagian
sel yang memerlukan energi (Mayes, 1985; Fox, 1988). Adapun proses biologis
yang menggunakan ATP sebagai sumber enereginya antara lain: proses biosintesis,
transportasi ion-ion secara aktif melalui membran sel, kontraksi otot, konduksi
saraf dan sekresi kelenjar (Mayes, 1985; Fox, 1988).
Apabila
ATP pecah menjadi Adenosine Diposphate (ADP) dan Phosphate inorganic (Pi),
maka sejumlah energi akan dilepaskan. Energi inilah yang akan gunakan untuk
kontraksi otot dan proses-proses biologi lainnya.
Sistem Energi Otot
Otot merupakan salah satu
jaringan tubuh yang membutuhkan energi ATP. Energi tersebut digunakan otot
untuk kontraksi sehingga menimbulkan gerakan-gerakan sebagai aktivitas fisik.
Menurut Fox dan Bowers (1988) ATP paling banyak otot dibandingkan dengan jaringan
tubuh lainya, akan tetapi ATP yang tertimbun di dalam sel otot jumlahnya sangat
terbatas, yaitu sekitar 4 - 6 m M/kg otot. ATP yang tersedia ini hanya cukup
untuk aktivitas cepat dan berat selama 3 - 8 detik (Katch dan Mc Ardle, 1986).
Oleh karena itu, untuk aktivitas yang relatif lama, perlu segera dibentuk ATP
kembali.
Proses pembentukan ATP dalam otot
secara sederhana dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut:
a.
Sistem
ATP - PC (Phosphagen System);
- ATP ADP + Pi +
Energi
ATP yang tersedia
dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama ditimbun dalam sel otot
dibandingkan dengan jaringan tubuh lainnya, akan tetapi ATP tertimbun
b.
Sistem
ATP - PC (Phosphagen System);
- ATP ADP + Pi +
Energi
ATP yang tersedia
dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama
1-2 detik.
- CP + ADP C + ATP.
ATP yang terbentuk
dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 6-8 detik.
c.
Sistem
Glikolisis Anaerobik (Lactic Acid System);
Glikogen/glukosa +
ADP + Pi ATP + Asam laktat
ATP terbentuk dapat
digunakan untuk aktivitas fisik selama 45 - 120 detik.
d.
Sistem
Erobic (Aerobic System)
Dimana sistem ini meliputi
oksidasin karbohidrat dan lemak.
Glikogen + ADP + Pi +
O2 CO2 + H2O + ATP
ATP yang terbentuk
dapat digunakan untuk aktivitas fisik dalam
waktu relatif lama.
Sistem Energi Predominan Pada
Cabang Olahraga
Aktivitas
olahraga pada umumnya tidak hanya secara murni menggunakan salah satu sistem
aerobik atau anaerobik saja. Sebenarnya yang terjadi adalah menggunakan
gabungan sistem aerobik dan anaerobik, akan tetapi porsi kedua sistem tersebut
berbeda pada setiap cabang olahraga (Fox, dkk. 1988 dan Janssen, 1989). Untuk
cabang olahraga yang menuntut aktivitas fisik dengan intensitas tinggi dengan
waktu relatif singkat, sistem energi predominannya adalah anaerobik, sedangkan
pada cabang olahraga yang menuntut aktivitas fisik dengan intensitas rendah dan
berlangsung relatif lama, sistem energi predominannya adalah aerobik.
Sebagai
gambaran Mc Ardle (1986) bahwa dalam menentukan sistem energi predominan adalah
sebagai berikut: a. Sistem ATP, waktu kegiatannya 0 - 4 detik, bentuk
kegiatannya berupa kekuatan dan power. Jenis kegiatan pada cabang
olahraganya berupa lompat tinggi, servis tenis, dan sebagainya; b. Sistem
ATP-PC, waktu kegiatannya 0-10 detik, bentuk kegiatannya berupa power.
Jenis kegiatan pada cabang olahraganya berupa lari sprint dan
sebagainya; c. Sistem ATP-PC dan Asam laktat , waktu kegiatannya 0 - 1,5 menit,
bentuk kegiatannya berupa anaerobik power. Jenis kegiatan dalam
olahraganya berupa lari cepat, lari 200 meter, dan sebagainya; dan d. Sistem
Erobik, waktu kegiatannya lebih dari 8 menit, bentuk kegiatannya
Bila suatu otot berkontraksi melawan suatu beban dikatakan
otot melakukan kerja. Hal ini berarti ada energi yang dipindahkan dari otot ke
beban eksternal. Misalnya untuk mengangkat suatu objek ke tempat yang lebih
tinggi atau untuk mengimbangi tahanan pada waktu melakukan gerak, dalam
perhitungan.
W = L x D ket: W = Hasil Kerja
L = Beban
D = Jarak gerakan terhadap beban
L = Beban
D = Jarak gerakan terhadap beban
Energy yang dibutuhkan untuk melakukan kerja
berasal dari reaksi kimia dalam sel otot selama kontraksi.